Tag : pasar

AMERIKA DIHANTUI GAGAL BAYAR UTANG Rp 480.000 T, BI BUKA SUARA

AMERIKA DIHANTUI GAGAL BAYAR UTANG Rp 480.000 T, BI BUKA SUARA

Amerika Serikat (AS) kembali dibayangi oleh kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) utang. Oleh karena itu, Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menuntut kongres untuk meningkatkan atau menangguhkan batas pinjaman US$ 31,4 triliun. Adapun, utang Amerika Serikat menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada Oktober tahun lalu. Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan per 31 Maret utang Amerika Serikat menembus US$ 31,45 triliun. Mantan ketua bank sentral AS (The Fed) ini bahkan memperingatkan default akan memicu "malapetaka ekonomi" yang akan membuat suku bunga lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang. Adapun dampaknya terhadap ekonomi Indonesia dipastikan tidak signifikan. Bahkan, pergerakan nilai tukar rupiah belum menunjukkan pengaruh dari isu ini. Bank Indonesia (BI) menilai isu debt ceiling atau batas utang AS dan government shutdown merupakan isu yang terus berulang. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto mengungkapkan pihaknya yakin akan ada kesepakatan antara pemerintah dan parlemen AS. "Isu tersebut di tahun ini
RUPIAH KAMIS MENGUAT 35 POIN

RUPIAH KAMIS MENGUAT 35 POIN

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat 35 poin atau 0,23 persen ke posisi Rp15.232 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.267 per dolar AS. "Semalam dolar AS terlihat melemah terhadap major currency karena data perumahannya (pending home sales) bulan Agustus, mengalami penurunan 2 persen sehingga pasar berekspektasi ekonomi AS mulai melemah," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Kamis. "Meskipun rupiah terlihat menguat pagi ini, tapi efek dari ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS masih berpotensi menekan rupiah lagi ke depannya," ujar Ariston. Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp15.200 per dolar AS hingga Rp15.300 per dolar AS. sumber : antara 29/02/22
RUPIAH MELEMAH, DATA EKONOMI AS JADI PENEKANNYA.

RUPIAH MELEMAH, DATA EKONOMI AS JADI PENEKANNYA.

Pada Jumat (1/4/2022), nilai tukar rupiah bergerak naik 8 poin atau 0,06 persen ke posisi 14.355 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.363 per dolar AS. "Data ekonomi AS yang dirilis semalam meningkatkan ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS atau The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dengan agresif tahun ini," kata analis pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara. Invasi Rusia ke Ukraina masih berlanjut dan meningkatkan risiko Inflasi karena naiknya harga-harga komoditas, termasuk energi dan pangan. "Perekonomian global termasuk Indonesia bisa tertekan karena inflasi," ungkapnya. Hari ini, ia pun memperkirakan Rupiah berpotensi tertekan ke arah 14.400 per dolar AS, dengan potensi dukungan di kisaran 14.350 per dolar AS. sumber : Liputan6 - 01/04/22
RUPIAH HARI INI MENGUAT Rp 14.338/USD, PASAR VALAS ASIA VARIATIF.

RUPIAH HARI INI MENGUAT Rp 14.338/USD, PASAR VALAS ASIA VARIATIF.

Nilai mata uang rupiah di pasar spot hari ini dibuka menguat atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan Rabu (23/3/2022). Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09.13 WIB, mata uang Garuda naik 10 poin atau 0,07% di Rp14.338 per 1 dolar Amerika Serikat. Pasar valuta asing di kawasan Asia Pasifik terpantau bergerak variatif atas dolar AS. Data Investing menunjukkan Dolar Hong Kong koreksi -0,01% di 7,8275, Won Korea Selatan naik 0,09% di 1.214,06, dan Ringgit Malaysia anjlok -0,07% di 4,2180 Dolar Taiwan turun -0,22% di 28,545, Baht Thailand tumbuh 0,01% di 33,475, Dolar Singapura naik 0,06% di 1,3561, dan Yuan China terpuruk -0,06% di 6,3703. Adapun Yen Jepang turun -0,25% di 121,11, Dolar Australia terbenam -0,04% di 0,7464, sementara Peso Filipina terpuruk -0,09% di 52,375, Indeks dolar yang mengukur kinerja sejumlah mata uang lainnya dibuka koreksi -0,03% di 98,46, didorong komentar Gubernur Federal Reserve Amerika Serikat Jerome Powell terkait kebijakan moneter yang lebih agresif.