
Tag : inflasi


DOLAR TAHAN KERUGIAN DI ASIA, SAAT PERHATIAN BERALIH KE DATA INFLASI AS
Dolar menahan kerugian di sesi Asia pada Selasa pagi, menjelang data inflasi AS yang diperkirakan investor mungkin menunjukkan beberapa tanda pelemahan, sementara euro naik karena komentar hawkish dari pembuat kebijakan bahwa suku bunga perlu ditingkatkan lebih lanjut. Euro terakhir menguat 0,06 persen menjadi 1,01285 dolar, setelah mencapai level tertinggi hampir satu bulan di 1,0198 dolar di sesi sebelumnya dan naik 0,76 persen semalam. Sterling terdongkrak 0,01 persen menjadi diperdagangkan di 1,1684 dolar, setelah naik 0,86 persen semalam, kenaikan harian terbesar dalam sebulan. Kiwi dan yen juga menambah keuntungan kecil di awal perdagangan Asia terhadap dolar yang lebih lemah. Data inflasi AS akan dirilis pada pukul 12.30 GMT dan konsensusnya adalah bahwa tingkat inflasi inti bulan lalu telah meningkat 0,3 persen bulan ke bulan, sama seperti pada Juli. Kenaikan dolar baru-baru ini telah melambat karena ekspektasi pasar bahwa inflasi yang memuncak akan berarti kenaikan suku bunga yang kurang agresif dari Federal Reserve. Seperti itu, survei ekspektasi
THE FED NAIKKAN SUKU BUNGA UGAL-UGALAN, KRISIS KEUANGAN DATANG KE NEGARA BERKEMBANG.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menegaskan kenaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat (AS) sangat bisa memengaruhi ekonomi global. Kenaikan suku bunga dilakukan The Fed untuk merespon kenaikan inflasi di AS yang telah mencapai 9,1 persen. Dijelaskan Menteri Sri Mulyani, penggunaan Dolar AS mendominasi transaksi dunia. Prosentasenya mencapai lebih dari 60 persen. "Dampak dari inflasi 9,1 persen bulan juni yang direspon dengan kenaikan suku bunga yang makin agresif dari The Fed, jelas akan memengaruhi ekonomi global," kata Menteri Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, kemarin. Secara historis, setiap The Fed menaikkan suku bunga apalagi secara sangat agresif, biasanya diikuti oleh krisis keuangan dari negara-negara pasar berkembang. Sebagaimana yang terjadi pada 1974, 1980-an dan akhir 1980-an. "Ini menjadi salah satu risiko yang dipantau oleh institusi, oleh IMF dalam melihat kerawanan negara-negara developing dan emerging," tuturnya. "Jadi kita lihat berbagai negara yang mereka dihadapkan pada dilema kenaikan inflasi dan pengetatan moneter yang menyebabkan pelemahan